MENINGITIS STREPTOCOCCUS SUIS (MSS): KENALI PENYAKITNYA, CEGAH KEMUDIAN

MSS menular ke manusia lewat konsumsi daging babi

Selama sepekan terakhir Bali menjadi sorotan sejumlah media cetak dan online yang sedang ramai diperbincangkan oleh masyarakat Bali khusunya, terkait temuan kasus 43 pasien yang diduga terjangkit Meningitis Streptococcus Suis (MSS) atau meningitis babi yang terjadi di sejumlah daerah setempat.

Kasus ini mencuat saat RSUD Mangusada Kabupaten Badung, menerima 42 pasien yang diduga terjangkit meningitis babi, dan seorang di antaranya berasal dari Kabupaten Tabanan dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Dinas Kesehatan Provinsi Bali hingga kabupaten/kota setempat langsung melakukan upaya pemantauan ke tempat pemotongan babi.

Lantas apa sebenarnya Meningitis Streptococcus Suis (MSS) itu ?

Meningitis merupakan peradangan pada membran yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang. Peradangan ini disebabkan oleh infeksi dari virus, bakteri, mikroorganisme, atau dalam kasus yang jarang terjadi disebabkan oleh konsumsi yang tidak sehat obat-obat tertentu.

Menurut studi yang dirilis The New England Journal of Medicine, gejala umum yang terjadi pada penderita meningitis adalah sakit kepala, leher kaku disertai demam, kebingungan atau perubahan kesadaran, muntah, fotofobia atau meningkatnya kepekaan terhadap cahaya, dan fonofobia atau kepekaan terhadap suara yang juga meningkat. Meski tak seperti selesma atau flu, meningitis juga dapat menular. Biasanya dari ciuman, bersin atau batuk, tetapi tidak bisa disebarkan hanya dengan menghirup udara yang sama dengan penderita meningitis. Dalam penelitian itu disebutkan juga bahwa resiko kematian meningitis yang disebabkan bakteri sangat tinggi, bergantung pada usia penderita dan penyebab. Sementara itu, meningitis yang disebabkan virus cenderung bisa sembuh sendiri dan jarang berdampak fatal.

Karena salah satu penyebabnya adalah virus, salah satu cara mencegah terkena penyakit ini adalah dengan vaksinasi. Sejak 1980-an, anak-anak di dunia mulai diberi imunisasi terhadap virus Haemophilus influenzae tipe b, satu dari sekian penyebab meningitis. Vaksin ini juga diberikan pada calon jemaah haji, mengingat meningitis dapat menular cepat di tempat orang-orang tinggal bersama seperti asrama, atau barak. Sedangkan untuk kasus yang disebabkan oleh bakteri ialah dengan memberikan antibiotik. Pemberian ini bisa dilakukan meski kondisi pasien belum dipastikan hasil laboratorium. Sebab, meningitis bakterial bisa bereaksi cepat dan berakibat fatal.

Meningitis Streptococcus Suis (MSS)  atau meningitis babi sendiri adalah jenis meningitis yang ditularkan babi kepada manusia, melalui mikroorganisme yang hidup dalam dagingnya. Penyaluran bakteri ini bisa melalui luka babi, makanan babi, dan dari babi satu ke babi lainnya. Adapun cara penularannya pada manusia melalui makanan yang berupa produk daging babi yang mentah, seperti darah segar, usus, jeroan, daging yang terinfeksi, dan luka lecet saat mengolah daging babi yang terinfeksi. Sehingga penularan ini baru bisa terjadi jika daging babi tersebut tidak dimasak matang.

Daging Babi, Penyalur Bakteri Penyebab MSS

Perlu diketahui!

Masa inkubasi MSS terjadi dalam beberapa jam -14 hari ( biasanya 2-4 hari) setelah memakan produk atau olahan mentah babi yang telah terinfeksi,  misalnya lawar merah dan makanan mentah atau setengah matang lainnya. Adapun cara mencegah penularannya adalah sebagai berikut :

  1. Pastikan membeli daging babi ditempat yang resmi sehingga dapat dipastikan babi yg dipotong sehat.
  2. Pastikan daging tidak melakukan kontak pada area luka yang terbuka saat mengolah daging.
  3. Pastikan untuk menjaga kandang babi agar tetap bersih, berlaku baik pada peternak babi maupun warga yang memelihara babi dirumahnya
  4. Pastikan babi yang kita makan telah matang sempurna.

Maraknya isu negatif terkait bakteri meningitis akibat kurangnya pemahaman masyarakat mengenai penyakit ini, membuat sejumlah masyarakat umat Hindu di Bali khususnya khawatir mengonsumsi daging yang sering digunakan untuk kegiatan ritual dan hidangan kuliner khas Bali yaitu babi guling yang digemari wisatawan Tiongkok.

Dalam upaya meredam isu tersebut, Ketua Majelis Utama Desa Pakraman Provinsi Bali Jero Gede Suwena Putus Upadesha, mengajak masyarakat untuk tidak takut memotong babi dan mengonsumsi dagingnya menjelang Hari Suci Galungan, meskipun di sejumlah kabupaten di Pulau Dewata muncul kasus tersebut. Pihaknya mengimbau kepada umat Hindu di Bali agar tidak menanggapi hal tersebut secara berlebihan, namun tetap waspada terutama dalam mengolahnya.

Untuk memulihkan phobia masyarakat terhadap daging babi, Ketua Dewan Pimpinan Kabupaten Perhimpunan Pemuda Hindu (DPK Peradah) Badung, I.B Angga Purana Pidada memiliki inisiatif mengadakan festival babi guling. Festival diadakan di Kabupaten Badung, termasuk di Universitas Udayana, guna mengembalikan citra kuliner asli Bali. Pihaknya mengharapkan stigma negatif terhadap makanan khas umat Hindu di Pulau Dewata ini, tidak tercoreng akibat isu meningitis babi yang tidak benar dipahami masyarakat. Sehingga umat Hindu di Bali tidak perlu takut mengonsumsi daging babi. Selain itu, upaya ini diyakini dapat membantu memulihkan perekonomian pedagang daging babi dan penyedia kuliner babi guling. (Rista)

Sumber :

http://www.news-medical.net/health/What-is-Meningitis-(Indonesian).aspx
https://tirto.id/meningitis-dari-sakit-kepala-hingga-risiko-meninggal-dunia-ckQG https://www.balipost.com/news/2017/03/10/1821/bakteri-streptococcus-suis-ditularkan-lewat.html  https://elshinta.com/news/101937/2017/03/20/pemprov-bali-gerak-cepat-tangani-kasus-meningitis-babi

Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments