Hai, Sobat Injeksi! Kali ini, kita akan mengulas sebuah film bergenre romance yang disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko, yaitu Story Of Kale: When Someone’s in Love. Eits tunggu dulu, Sobat Injeksi sudah nonton filmnya belum nih? Jadi, film ini memiliki alur cerita maju-mundur yang sangat unik, dimulai dengan suasana di mana Dinda (Aurelie Moremans) meminta putus dari Kale (Ardhito Pramono) tanpa alasan yang jelas, sehingga Kale pastinya tidak terima diputusin sama Dinda. Hmm… kalau Sobat Injeksi gimana nih, ada yang pernah diputusin pacar tiba-tiba? Semoga saja tidak ya Sobat Injeksi.
Film dimulai dari alur mundur yang menampilkan masa awal mereka berdua berkenalan. Sebelum berpacaran dengan Kale, Dinda sudah memiliki kekasih bernama Argo (Arya Saloka). Dinda menjalani toxic relationship dengan Argo, lantaran ia sering mengalami tindak kekerasan fisik dan mental karena emosi Argo yang sering tidak terkendali. Apakah Sobat Injeksi tahu ciri-ciri toxic relationship dan cara mengatasinya?
Toxic relationship adalah hubungan tidak sehat bagi diri sendiri dan orang lain, serta sering ditandai dengan adanya konflik internal yang menyebabkan amarah berlebih, depresi, dan cemas. Jadi, jika kita sudah merasa hubungan yang dijalani tidak sehat, maka kita sebaiknya mencari solusi dengan meninggalkan hubungan tersebut atau berkomitmen dengan pasangan untuk memperbaiki hubungan secara holistik.
Alih-alih hubungan Dinda dan Argo memburuk, Kale datang sebagai pengganti lara yang Dinda rasakan. Dinda dan Argo akhirnya putus berkat bantuan Kale yang menyadarkan Dinda bahwa ia tidak sepantasnya diperlakukan sekeras itu oleh Argo. Pada awalnya, hubungan Dinda dan Kale berjalan baik. Keduanya bahkan berjanji untuk saling membahagiakan satu sama lain. Namun, lama-kelamaan Dinda merasa tidak nyaman dengan sikap Kale yang terlalu obsessive terhadapnya, overthinking, overprotective, dan sangat cemburuan. Hal ini menjadikan Dinda merasa terkekang dan tidak bebas melakukan segala hal yang ingin ia capai dalam kehidupan pribadinya.
Menurut konsep psikologi tentang cinta dan mencintai dari Erich Fromm dalam “To Have or To Be” mengenai modus ‘memiliki’ atau ‘menjadi,’ Kale cenderung ingin ‘memiliki’ bahkan terobsesi terhadap Dinda yang menyebabkan satu pihak (Dinda) merasa terkekang dalam menjalani eksistensi kehidupannya. Dalam menjalin hubungan, akan lebih baik apabila kita memiliki konsep ‘menjadi’ karena konsep ini cenderung mengaktualisasikan manusia yang memiliki hak sama untuk memilih bahagianya sendiri tanpa harus dibatasi oleh adanya sebuah status dalam hubungan.
Selain itu, Abel dan Hirsch mengatakan bahwa objek cinta harus muncul dari kedua belah pihak; bukan dari salah satu pihak yang mendominasi. Jika salah satu pihak terlalu mendominasi, maka pihak lain tidak memiliki kesempatan untuk menuntut haknya. Sama halnya Dinda yang akhirnya merasa tidak nyaman terhadap sikap Kale. Kale yang tidak ingin Dinda pergi langsung mengutarakan janjinya bahwa kebahagiaan Dinda adalah tanggung jawab Kale. Sedangkan bagi Dinda, kebahagiaan merupakan tanggung jawabnya sendiri dan tidak ada hubungannya dengan Kale. Kale pun akhirnya merasa terpukul dan cerita pun berakhir dramatis.
Banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari film ini Sobat Injeksi, salah satunya adalah cara bersikap dalam menjalani hubungan yang sehat. Jika hubungan sudah terjalin, maka bukan lagi mengenai aku atau kamu, tetapi semua ini tentang kita. Oleh karena itu, kita harus benar-benar paham caranya menjalin sebuah hubungan yang sehat agar tidak berujung toxic relationship!
Judul Film Story of Kale: When Someone’s in Love
Sumber Referensi :
- https://ojs.unud.ac.id/index.php/sorot/article/view/52434/30967
- http://ejournal.uin-suka.ac.id/isoshum/PI/article/view/2016
- http://repository.iainpurwokerto.ac.id/8716/2/COVER_BAB%20I_BAB%20V_DAFTAR%20PUSTAKA-2.pdf
- https://psikologi.unisba.ac.id/ketika-hubungan-telah-kehilangan-energi-kebahagiaannya-zihan-birul-haqiqi-10050018250/
- https://www.uny.ac.id/berita/pendekatan-psikologi-positif-pada-toxic-relationship
Penulis artikel: Sahara Putri Ayu Kenanga Gunawan
Redaktur: Prima
Editor: Ratih