Kontroversi Dokter Layanan Primer

121641

Selama puluhan tahun, terjadi berbagai perubahan secara global di berbagai aspek kehidupan, mulai dari aspek sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, dan termasuk dalam aspek kesehatan dan dunia kedokteran sendiri. Perubahan – perubahan tersebut dan tuntutan masyarakat yang semakin cerdas di era kemajuan teknologi membuat profesi dokter sendiri harus mulai mengubah cara berpraktik di dalam masyarakat. Masyarakat menuntut suatu pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas, yang komprehensif, holistik dan berkesinambungan. Perubahan lainnya adalah perubahian dalam tren penyakit itu sendiri. Jika dulu penyakit seperti diare, cacar, kudis, paru dan penyakit infeksi atau menular lainnya menjadi tren dalam dunia kesehatan, kini penyakit darah tinggi, diabetes melitus dan penyakit lain sejenisnya telah mengambil alih tren penyakit dalam dunia kesehatan saat ini.

Selama ini, profesi dokter cenderung lebih fokus terhadap pengobatan ( kuratif). Selain itu, terjadi ketidakadilan dalam peran akses dokter sebagai tenaga kesehatan, dimana cenderung terjadi penumpukan tenaga dokter di perkotaan, sementara kekurangan terjadi di daerah pedalaman atau  daerah terpencil. Selain itu terjadi “perebutan pasien” oleh dokter spesialis dan dokter umum yang menyebabkan ketidakadilan dalam hal penghasilan dokter, dimana penghasilan dokter spesialis dan dokter umum terdapat kesenjangan yang cukup besar, sehingga dokter umum terkadang malah mencari alternatif usaha lain. Sementara itu, pelayanan oleh dokter spesialis sendiri terkenal dengan biayanya yang mahal, dan stigma masyarakat bahwa berobat itu mahal menyebabkan masyarakat yang memiliki ekonomi menengah ke bawah cenderung mencari alternatif pengobatan lain sehingga mengakibatkan berkurangnya mutu pelayanan terhadap pasien. sehingga mengakibatkan berkurangnya mutu pelayanan terhadap pasien.  selain dokter, seperti dukun. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan berkurangnya mutu pelayanan terhadap pasien.

Menurut Prof. Dr. I Nyoman Mangku Karmaya, M.Repro, PA(K), kKecendrungan masyarakat untuk lebih memilih berobat langsung ke dokter spesialis tanpa mengetahui dengan jelas jenis penyakit yang diderita menyebabkan masyarakat menjadi “shopping doctors”, yang kemudian akan menimbulkan kerugian lebih banyak di segi materiil bagi pasien jika ia salah pergi ke dokter spesialis. Kemampuan dokter umum adalah untuk menyeleksi pasien dan menangani pasien, dimana sebenarnya 80% pasien masih dapat ditangani oleh dokter umum dan 20% sisanya dirujuk ke dokter spesialis. Kesalahan stigma masyarakat menunjukkan rendahnya kualitas dokter umum saat ini, sehingga untuk meningkatan mutu kualitas pelayanan dokter umum agar mampu menjadi “kiper” yang membendung dan menyeleksi pasien dengan baik, maka dibutuhkan program dokter layanan primer. Sehingga, seharusnya dokter umum dalam praktiknya adalah satu – satunya yang harus dicari oleh pasien, bukan dokter spesialis. Selain itu program dokter layanan primer itu sendiri menekankan promosi-prevensi bukan hanya dari segi kuratif.

Mengenai program dokter layanan primer, menurut  Dr.dr. Dewa Putu Gede Purwa Samatra , Sp. S(K) selaku ketua prodi Pendidikan dokter, mengenai penerapan dokter layanan primer lebih baik diambil jalan tengah dari kontroversi ini, dimana kurikulum pendidikan dokter diperbaiki, kurikulum dokter layanan primer dicangkokkan ke dalam kurikulum pendidikan dokter umum itu sendiri, sehingga begitu lulus dari pendidikan dokter , semua calon dokter umum memiliki kompetensi dokter layanan primer.

Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments