Kaderisasi merupakan suatu proses pendidikan yang direncanakan oleh suatu lembaga pendidikan untuk menghasilkan para peserta didik sebagai penerus yang memiliki kualitas unggul. Tujuan dari adanya proses kaderisasi ini adalah untuk membentuk peserta didik agar dapat menggerakkan organisasi, himpunan, atau kelompok untuk dapat terus berkembang. Proses kaderisasi yang dilakukan di perguruan tinggi, khususnya yang ada di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana terbagi menjadi 2 kegiatan, yakni Student Day Fakultas Kedokteran (SDFK) dan Basic Lesson on Mastering Management and Leadership (BLMML). Dua kegiatan kaderisasi ini bertujuan agar mahasiswa baru dapat mengetahui kehidupan kampus yang ada di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana baik dalam perkuliahan, kegiatan kemahasiswaan, dan lain-lain.
Student Day Fakultas Kedokteran atau SDFK adalah acara pertama dalam rangkaian kaderisasi bagi mahasiswa baru tingkat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. SDFK merupakan suatu ajang bagi mahasiswa baru mengenal kehidupan kampus Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Rangkaian SDFK dibagi menjadi dua agenda besar, yaitu agenda fakultas dan program studi. Agenda fakultas adalah pengenalan organisasi yang bernaung di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, di antaranya Lembaga Mahasiswa Fakultas Kedokteran (LMFK) dan Badan Semi Otonom (BSO). Pengenalan LMFK dilakukan oleh ketua organisasi terkait yang terdiri atas BEM FK Unud, DPM FK Unud, BP FK Unud, dan LPM Pcyco FK Unud. Kemudian, dilanjutkan dengan pengenalan BSO yang terdiri atas TBM Janar Duta, KMPA, KIH, Kompak, dan KMPL. Selanjutnya, dilakukan agenda program studi dimana setiap peserta SDFK akan melakukan transisi ruangan ke setiap ruangan program studi masing-masing. Pada agenda ini, peserta mendapat pengenalan angkatan, organisasi Himpunan Mahasiswa, dan Ikatan Organisasi Mahasiswa Sejenis.
Basic Lesson on Mastering Management and Leadership (BLMML) adalah acara kedua dari rangkaian kaderisasi di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Acara ini dilaksanakan dengan tujuan untuk melatih skill kepemimpinan dan manajemen dari mahasiswa baru yang sedang dalam transisi dari siswa menjadi mahasiswa. Mahasiswa baru akan belajar berpikir kritis, manajemen waktu, public speaking, kreativitas, kekompakan dengan tim, dan lain-lain.
Seperti yang kita ketahui, pandemi Covid-19 yang dimulai sejak akhir tahun 2019 turut berdampak terhadap sistem pembelajaran baik dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Karena itu, proses belajar mengajar tidak dapat dilakukan secara langsung, melainkan berlangsung secara daring, tidak terkecuali Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Dua proses kaderisasi oleh Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, yaitu SDFK dan BLMML pun turut berlangsung secara daring. SDFK (ajang pengenalan kehidupan kampus bagi mahasiswa baru) dan BLMML (ajang pelatihan skill kepemimpinan dan manajemen mahasiswa baru) berlangsung via aplikasi Cisco Webex Meeting. Selama berlangsungnya kegiatan, mahasiswa baru didampingi dan dipandu oleh pendamping kelompok melalui grup yang dibuat pada aplikasi LINE. Pendamping kelompok akan memberikan informasi seputar tata tertib, penugasan, memberi nilai keaktifan, dan memandu mahasiswa baru terkait hal yang belum mereka pahami.
BLMML yang merupakan rangkaian kedua dari kegiatan kaderisasi juga berlangsung secara daring. Kegiatan ini diadakan setiap Sabtu dan Minggu yang berlangsung dalam enam kali pertemuan. Kegiatan BLMML turut mengundang pembicara sekaligus alumni sebagai motivator bagi para mahasiswa baru. Dengan mendengar dan memahami apa yang pembicara sampaikan, para mahasiswa baru diharapkan dapat menemukan titik terang mengenai dunia perkuliahan, selalu yakin pada potensi diri, dan berani dalam mengambil langkah serta memutuskan pilihan yang tepat selama menempuh dunia perkuliahan. Diharapkan peserta mampu mengatur waktu dan paham mana hal yang menjadi prioritas serta kewajiban sebagai mahasiswa.
Sampai saat ini, pandemi Covid-19 ini masih terus berlanjut. Hal ini tentunya menimbulkan berbagai dampak. Salah satunya adalah kegiatan orientasi mahasiswa baru atau kaderisasi bagi para mahasiswa yang baru memasuki masa perkuliahan. Pandemi Covid-19 ini mengharuskan seluruh dilakukan secara daring. Hal ini menuntut panitia untuk memutar otak agar kegiatan kaderisasi ini dapat berjalan sesuai tujuan tanpa mengurangi esensinya. Begitu pula dengan peserta, banyak dampak yang dirasakan, terutama kesulitan untuk meningkatkan bonding dan kekompakan antar peserta karena tidak adanya interaksi tatap muka. Masalah utama yang sering terjadi yaitu masalah koneksi jaringan dan kondisi suasana rumah yang tidak mendukung. Dan tidak sedikit pula, peserta yang merasa jenuh dan lelah karena harus berhadapan dengan laptop secara terus menerus untuk mengikuti kegiatan kaderisasi daring ini. Tetapi, selain dampak negatif tersebut, tidak menutup kemungkinan bahwa kegiatan daring ini membawa dampak positif. Misalnya, peserta tidak perlu datang langsung ke kampus untuk mengikuti kegiatan dan itu cukup menghemat biaya dan waktu.
Dalam menghimpun opini mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana terkait kaderisasi secara daring, Divisi Injeksi Online LPM Pcyco FK Unud melakukan jajak pendapat. Jajak pendapat dilakukan secara daring yang menyasar mahasiswa angkatan 2018, 2019, dan 2020 menggunakan perangkat Google Formulir. Pertanyaan dikemas dalam bentuk open-ended questionnaire untuk menghimpun opini mahasiswa. Penyebaran kuesioner dilaksanakan dari tanggal 3-16 Mei 2021. Adapun peserta yang mengisi kuesioner sejumlah 52 mahasiswa yang terdiri atas 7,8% angkatan 2018, 25,5% angkatan 2019, dan 67,7% angkatan 2020. Responden terdiri atas 11,8% panitia SDFK atau BLMML dan 94,1% peserta SDFK atau BLMML. Kemudian, hasil kuesioner ini menjadi bahan dalam penyusunan rubrik berita kritik terkait efektivitas kaderisasi di tengah pandemi.
Kaderisasi daring dalam kondisi pandemi tentu mempertimbangkan efektivitas dari segi waktu, penyampaian materi, dan penanaman nilai kemahasiswaan untuk mendapatkan hasil yang diharapkan dari peserta dan pelaksana kegiatan. Dari segi waktu, sebagian besar peserta dan panitia berpendapat bahwa pelaksanaan kaderisasi secara daring (dalam jaringan) sudah berjalan dengan cukup efektif di tengah situasi yang penuh keterbatasan. Kegiatan sudah dilaksanakan berdasarkan rundown dan tidak memakan waktu untuk pergi ke kampus. Meskipun demikian, terdapat kendala jaringan yang dihadapi baik dari panitia maupun peserta sehingga terjadi penguluran waktu kegiatan. Beberapa peserta juga mengeluhkan mengalami kelelahan dan perangkat elektronik yang digunakan mengalami overheat karena durasi kaderisasi yang dimulai dari pagi hingga sore hari.
Dari sisi penyampaian materi, informasi disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa baru dalam bentuk pengenalan lingkungan kampus dan dibawakan oleh narasumber yang berpengalaman. Peserta diberikan penugasan untuk membuat resume materi dan diwajibkan untuk menyalakan kamera selama kegiatan berlangsung oleh pihak panitia, agar panitia dapat tetap memantau kehadiran dan keikutsertaan peserta. Mayoritas peserta dan panitia menilai bahwa materi sudah disampaikan secara efektif berdasarkan antusiasme dan keaktifan peserta untuk bertanya pada narasumber. Penekanan nilai-nilai kemahasiswaan yang dikemas dengan baik dalam penugasan dan games juga dinilai cukup efektif sebagai alternatif pengganti role model yang dapat ditunjukkan dalam kaderisasi luring. Namun, kebermanfaatan materi dan penekanan nilai-nilai kemahasiswaan masih bersifat subjektif tergantung pada kondisi dan niat dari masing-masing peserta. Pemantauan perkembangan setiap mahasiswa baru sulit dilakukan panitia dalam situasi daring. Apabila peserta mengikuti kegiatan dengan baik, seharusnya esensi dari materi dan nilai-nilai yang disampaikan dapat diperoleh dengan maksimal. Keterbatasan interaksi serta gangguan jaringan menjadi hambatan yang tidak dapat dipungkiri dalam pelaksanaan setiap komponen kegiatan kaderisasi daring, sehingga kaderisasi secara luring cenderung lebih efektif bagi panitia untuk memantau perkembangan setiap mahasiswa baru.
Pelaksanaan kaderisasi secara daring memiliki beberapa dampak positif yang tidak hanya dirasakan oleh peserta, namun juga dirasakan oleh panitia. Keunggulan pertama yang dapat dirasakan oleh para panitia yaitu dari segi biaya. Menurut panitia, kaderisasi secara daring tidak membutuhkan banyak biaya dalam pelaksanaannya dibandingkan kaderisasi secara luring. Panitia merasa tidak terlalu terbebani oleh biaya yang dibutuhkan selama acara, karena kondisi pandemi melemahkan perekonomian dan menyebabkan sulitnya menggalang dana apabila suatu kegiatan mengalami kekurangan dana. Selain itu, panitia pun merasa kaderisasi secara daring tidak terlalu mengeluarkan banyak tenaga. Hal ini karena pergerakan panitia lebih fleksibel dibanding pelaksanaan kaderisasi secara luring. Panitia tidak perlu mendampingi kelompok kaderisasi secara langsung dan dapat memantau keadaan kelompok hanya melalui ponsel mereka dengan memanfaatkan aplikasi video conference atau pesan teks. Panitia pun dapat memilih sendiri tempat nyaman untuk mengikuti acara dan dapat menyesuaikan waktu di masing-masing daerah dengan memanfaatkan platform yang ada untuk mempermudah penentuan agenda acara. Para panitia lebih mudah mengontrol waktu pelaksanaan kaderisasi secara daring sehingga lebih efektif dan lebih efisien. Panitia juga didorong untuk berpikir kreatif dalam menangani acara agar sesuai dengan jadwal dan konsep yang sudah ditentukan. Panitia pun merasa kaderisasi secara daring ini tidak serumit kaderisasi secara luring.
Pelaksanaan kaderisasi secara daring memiliki beberapa dampak positif yang dirasakan oleh peserta. Keunggulan pertama adalah meminimalisir mobilisasi peserta. Peserta kaderisasi yang berasal dari Bali maupun luar Bali dimungkinkan untuk melakukan seluruh rangkaian kegiatan dari rumah masing-masing, sehingga aktivitas mobilisasi menuju kampus dapat ditekan. Hal ini sejalan dengan arahan Rektorat Universitas Udayana dan Pemerintah Indonesia untuk membatasi aktivitas yang mengumpulkan orang dalam jumlah banyak. Tentu saja dengan pencegahan mobilisasi peserta tersebut menjadi salah satu upaya pencegahan penularan Covid-19 di lingkungan FK Unud. Dengan mobilisasi yang dicegah, muncul keunggulan kedua. Keunggulan tersebut adalah penghematan biaya. Adapun jenis pengeluaran yang dicegah berkaitan dengan aktivitas kaderisasi adalah biaya transportasi, sewa rumah, makanan tambahan, dan peralatan aktivitas luring lainnya. Selain itu, terdapat keunggulan ketiga yaitu fleksibilitas waktu dan tempat. Menurut peserta, waktu yang ditetapkan untuk kaderisasi daring dapat menyesuaikan dengan waktu di daerah mereka masing-masing, sehingga waktu mulai, berlangsung, dan akhir kegiatan dirasa sudah tepat terlaksana. Dilihat dari sisi tempat, tentu saja fleksibilitas dirasakan menguntungkan peserta. Selama peserta memiliki tempat nyaman dengan koneksi internet baik, kegiatan dapat mereka ikuti dengan baik. Hal ini menjadi salah satu faktor peningkatan pemahaman mereka terkait materi pembelajaran kaderisasi di FK Unud.
Sayangnya, pelaksanaan kaderisasi secara daring memunculkan dampak negatif bagi panitia. Beberapa dampak negatif yang dialami oleh panitia adalah mengenai koneksi internet yang buruk. Hal ini menyebabkan gangguan dalam pelaksanaan kegiatan dan panitia sulit memantau apakah peserta menyimak atau tidak. Masalah ini paling dirasakan oleh panitia yang bertugas sebagai pendamping kelompok peserta kaderisasi. Masalah kedua adalah kesulitan untuk komunikasi dan koordinasi dengan panitia yang lain. Relatif sulit untuk memastikan apakah anggota panitia sudah membaca informasi kepanitiaan dan hasil rapat yang sudah dikirim melalui grup chat panitia. Masalah lainnya adalah panitia sulit untuk memantau peserta apakah peserta benar-benar mengikuti kegiatan kaderisasi ini dengan baik atau tidak. Karena panitia baru pertama kali mengadakan kegiatan kaderisasi daring, panitia merasa bahwa penyampaian tujuan dari kaderisasi kepada peserta masih kurang maksimal dan proses adaptasi terhadap sistem daring membutuhkan waktu yang tidak singkat.
Tidak dipungkiri, situasi pandemi ini menyebabkan peserta kaderisasi daring menjadi kurang mendapatkan esensi yang sama seperti kaderisasi luring. Rasa kebersamaan, kekeluargaan, dan saling memiliki menjadi hal yang sangat identik apabila berbicara mengenai masa kaderisasi mahasiswa. Namun, semua itu kurang dirasakan oleh mahasiswa baru saat kaderisasi daring. Akibatnya banyak peserta yang menjadi kurang peduli bahkan apatis terhadap satu sama lain. Berbicara mengenai kendala teknis, tentunya banyak peserta mengeluhkan hal yang serupa. Terkendala kuota, jaringan, dan gawai menjadikan para peserta kesulitan mengikuti acara sehingga kekhidmatan maupun keseruan acara menjadi berkurang. Terlebih bagi peserta yang tinggal di pedesaan atau di daerah dengan koneksi internet yang kurang memadai. Selain itu, kelemahan dari sistem kaderisasi daring lainnya juga berdampak pada kesehatan. Banyak permasalahan kesehatan yang timbul apabila duduk terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama, seperti mata menjadi lelah, menderita sakit punggung (low back pain), kelelahan, nyeri otot, dan sebagainya.
Jika tahun ajaran baru yang akan datang belum bisa melaksanakan kaderisasi luring, diharapkan proses kaderisasi dapat berkaca dari kelemahan tahun sebelumnya. Harapan lainnya agar kaderisasi dapat terus berinovasi dalam menyampaikan materi agar tepat sasaran dan efisien dari segi waktu. Hal ini agar seluruh peserta kaderisasi mendapatkan esensi yang baik agar sebagai mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Akhir kata, terlepas dari segala keunggulan dan kelemahan baik dari panitia maupun peserta, diharapkan agar pelaksanaan kaderisasi dari tahun ke tahun menjadi semakin baik dari segi proses secara menyeluruh.
Penulis:
Divisi Injeksi Online
LPM Pcyco FK Unud
[…] Diakses di http://injeksionline.com/efektivitas-kaderisasi-di-tengah-pandemi/ […]