Diabetes Melitus, Penyakit Sindrom Metabolik yang Menghawatirkan

hari diabet__1447480040_114.121.129.195

Diabetes mellitus adalah penyakit syndrome metabolic yang gejalanya ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja insulin atau keduanya. Tubuh pasien dengan diabetes mellitus tidak dapat memproduksi atau tidak dapat merespon hormon insulin yang dihasilkan oleh organ pankreas, sehingga kadar gula darah meningkat dan dapat menyebabkan komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang pada pasien tersebut. Diabetes Mellitus juga sering disebut sebagai The great imitator karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan dan gejala yang sangat bervariasi.

Di Indonesia saat ini penyakit DM adalah salah satu penyakit kronis yang serius. Penyakit ini dapat menyerang segala lapisan umur dan sosio ekonomi, dan berbagai penelitian epidemiologis di Indonesia didapatkan prevalensi Diabetes Mellitus sebesar 1,5 – 2,3 % pada penduduk usia lebih besar dan 15 tahun. Melihat pola pertambahan penduduk saat ini, diperkirakan pada tahun 2020 nantinya akan akan di dapatkan 3,56 juta pasien Diabetes Melitus sedangkan pada tahun 2030 prevalensi penderita Diabetes Mellitus mencapai 21,3 juta orang. Tentu angka yang sangat menghawatirkan mengingat penyakit ini penanggulangannya bukanlah hal yang mudah. Perlu antisipasi sejak dini agar tidak membludak pasien DM nantinya.

Diabetes Mellitus tipe I disebut juga Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Pada diabetes jenis ini pankreas tidak dapat memproduksi insulin sama sekali. Sehingga penderita harus menerima insulin dari luar dengan cara disuntik. Itulah sebabnya mengapa diabetes jenis ini disebut diabetes tergantung insulin, karena jika penderita tidak diberikan insulin penderita bisa tiba-tiba tidak sadarkan diri atau koma diabetic. Diabetes Mellitus tipe II, yaitu DM yang tidak tergantung insulin (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)). Diabetes tipe ini juga disebut juga diabetes lifestyle, karena selain faktor keturunan, penyebab utamanya adalah gaya hidup tidak sehat. Diabetes tipe 2 berkembang dengan lambat dan bisa melalui proses tahunan. Penderita diabetes tipe ini tidak harus selalu memerlukan insulin suntik karena pankreas masih dapat menghasilkan insulin, tetapi insulin tidak dapat bekerja efektif karena terjadi resistensi insulin dalam tubuh sehingga kadar gula dalam darah naik.

 

 

Gejala Khas Diabetes Mellitus

  • poliuria –  merupakan gejala medis berupa kelainan frekuensi diuresis/buang air kecil sebagai akibat kelebihan produksi air seni.
  • polidipsia – yakni rasa haus yang berlebihan.
  • polifagia – yakni rasa lapar yang berlebihan.
  • Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.

Adapun gejala-gejala penyerta yang lain adalah rasa gatal, peradangan kulit yang menahun, pada penderita kronis timbul, kesemutan, luka sukar sembuh dan peningkatan kadar gula darah diatas 200mg/dl.

 

Diagnosis Diabetes Melitus ditegakkan bila

Kriteria diagnostik oleh American Diabetes Association (ADA) termasuk yang sebagai berikut:

  • Glukosa plasma puasa (FPG) ?126 mg / dL (7,0 mmol / L), atau
  • Kadar glukosa plasma 2 jam setelah makan ?200 mg / dL (11,1 mmol / L)
  • Glukosa plasma acak ?200 mg / dL (11,1 mmol / L) pada pasien dengan gejala klasik hiperglikemia atau krisis hiperglikemik

 

Faktor Resiko Diabetes Mellitus

Faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti ras, etnik, riwayat keluarga dengan diabetes, usia > 45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4 kg, riwayat pernah menderita DM Gestasional dan riwayat berat badan lahir rendah < 2,5 kg

 

Komplikasi pada DM

dibagi menjadi dua, yaitu : komplikasi akut atau jangka pendek dan komplikasi kronik atau jangka panjang.

  1. Komplikasi Akut : Hipoglikemia (penurunan kadar gula dalam darah), dehidrasi ringan, hipotensi (tekanan darah rendah) dan dehidrasi berat.
  2. Komplikasi Akut : Vertigo, stroke, gangguan jantung, gangrene kaki diabetik (luka pada kaki akibat peningkatan kadar glukosa dalam darah), dan katarak.

 

Penatalaksanaan

  1. Edukasi

Diabetes Tipe 2 biasa terjadi pada usia dewasa, suatu periode dimana telah terbentuk kokoh pola gaya hidup dan perilaku. Pengelolaan mandiri diabetes secara optimal membutuhkan partisipasi aktif pasien dalam merubah perilaku yang tidak sehat. Keberhasilan dalam mencapai perubahan perilaku, membutuhkan edukasi, pengembangan keterampilan (skill), dan motivasi yang berkenaan dengan: makan makanan sehat, kegiatan jasmani secara teratur, menggunakan obat diabetes secara aman, teratur, dan pada waktu-waktu yang spesifik, melakukan pemantauan glukosa darah mandiri dan memanfaatkan berbagai informasi yang ada, mengelola diabetes dengan tepat

  1. Diet

Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya: vitamin, mineral), mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai, memenuhi kebutuhan energi, mencegah meningkatnya kadar glukosa dalam darah.

Makanan yang dianjurkan:

    • Makanan dengan sumber karbohidrat kompleks seperti : nasi, roti, kentang, singkong, ubi dan sagu.
    • Bahan makanan yang mengandung protein rendah lemak seperti : ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe, tahu dan kacang-kacangan.
    • Bahan makanan yang mengandung lemak dengan jumlah terbatas yang diolah dengan cara dipanggang, dikukus, disetup, direbus, dan dibakar.
    • Buah-buahan seperti pepaya, apel, pisang, jeruk, belimbing dan buah naga.

Makanan yang harus dihindari:

    • Bahan makanan yang mengandung gula sederhana seperti : gula pasir, gula jawa, sirup, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis, es krim dll.
    • Bahan makanan yang mengandung lemak, seperti : cake, makanan cepat saji dan gorengan.
    • Bahan makanan banyak mengandung natrium, seperti: ikan asin, telur asin dan makanan yang diawetkan.
  1. Latihan

Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan Diabetes Mellitus karena efeknya dapat menurunkan kadar gula darah, menurunkan lemak darah, mencegah tekanan darah tinggi dan mengurangi faktor risiko kardiovaskuler. Latihan fisik yang direkomendasikan misalnya seperti : jogging, jalan cepat, berlari, jalan lambat, bersepeda dan berenang. Latihan fisik yang dilakukan menganut prinsip F.I.T.T

  • Frekuensi : Olahraga dilakukan secara teratur
  • Intensitas : Intensitas olahraga yaitu ringan – sedang
  • Time : Durasi berkisar antara 30-60 menit.
  • Tipe : Tipe olahraga seperti endurance (aerobic) untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda.
  1. Obat-obatan

Obat-obatan yang dikonsumsi bertujuan untuk mengendalikan kenaikan kadar gula darah. Dalam praktisnya sehari-hari disebut juga dengan obat hipogikemik oral (OHO). Obat-obatan yang digunakan terbagi menjadi 4 golongan :

  • Memicu sekresi insulin (sulfonilurea dan glinid)
  • Meningkatkan sensitivitas insulin (Biguanid dan thiazolindion (glitazon))
  • Penambah alfa glukosidase/acarbose
  • Golongan inkretin

Indikasi Obat Hiperglikemi Oral

  • Diabetes sesudah umur 40 tahun
  • Diabetes kurang dari 5 tahun
  • Memerlukan insulin dengan dosis kurang dari 40 unit per hari
  • DM tipe 2, berat normal atau lebih
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments