Sebagian besar orang menginginkan kehidupan yang baik dan normal meskipun definisi kata “normal” bagi setiap orang akan bervariatif. Tentu kita semua setuju bahwa sejak tahun 2020, banyak hal yang telah berubah dari kehidupan kita yang keluar dari ambang “normal” dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Ya, tahun 2020 adalah tahun pertama kita memasuki era pandemi Covid-19. Berbagai rintangan harus dihadapi, mulai dari banyaknya nyawa masyarakat yang direnggut akibat infeksi virus Covid-19 yang bahkan tidak sedikit merupakan sanak keluarga terdekat kita, social distancing, perubahan sistem belajar menjadi pembelajaran daring (dalam jaringan) yang penuh keterbatasan, hingga aturan-aturan ketat karantina. Semuanya tidak mudah, tetapi tidak ada kata henti untuk bersyukur karena kita telah berhasil melewati masa-masa suram itu bersama.
Tahun ini, angka kasus Covid-19 sudah jauh menurun dibandingkan tahun 2020 dan 2021. Kemenkes menyebutkan bahwa pada Maret 2022 tercatat kasus harian Covid-19 sudah menyentuh angka 21.311 dari hari sebelumnya yang berada di angka 26.336. Kelonggaran aturan traveling sudah mulai diterapkan dan pembelajaran di sekolah dan pendidikan lanjutan sudah dilaksanakan secara tatap muka kembali. Situasi akan berangsur-angsur pulih tetapi tidak instan. Sebagai generasi muda, sudah seharusnya kita bisa beradaptasi dengan situasi dan bangkit dari situasi pandemi. Hal itulah yang ditekankan dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. PSYCHEDELIC, begitulah sebutan familiar kegiatannya.
Pembukaan kegiatan Psychedelic dilaksanakan pada Sabtu, 24 September 2022 secara online melalui Zoom Meeting. Tema yang diangkat dalam kegiatan ini yaitu “Getting Back on Tract! The Adjustment to The Next Stage of New Normal”. Berbagai perlombaan diselenggarakan seperti lomba poster, lomba video edukasi, lomba esai, dan yang lainnya. Tujuan penting yang ingin dicapai dalam kegiatan ini disampaikan secara langsung oleh ketua panitia kegiatan, Gusti Agung Saraswati Dewi, yaitu agar generasi muda dapat berinovasi, menemukan solusi, dan mampu berkawan dengan situasi dalam upaya bangkit dari pandemi Covid-19. Dalam hal ini, berkawan dengan situasi bukan berarti kita hanya berpasrah tanpa melakukan apapun tetapi bersikap lapang dada terhadap ketertinggalan selama 2 tahun terakhir dan segera bangkit ke arah yang lebih maju.
Membahas tentang berkarya dan berinovasi, berikut adalah beberapa generasi muda KEREN yang bisa menginspirasi kita untuk semangat berkarya bangkit dari situasi pandemi. Siapa sajakah mereka? Yang pertama ada, Ebenhaezer Gesit Denandrya atau yang akrab disapa Eben. Eben merupakan anak berusia 11 tahun yang berasal dari Jawa Tengah. Eben adalah salah satu siswa di Indonesia yang juga merasakan dampak pandemi. Meskipun demikian, semangatnya tidak pernah surut. Dia memiliki banyak cita-cita yang ingin dicapainya. Selama masa pandemi, Eben membuat lukisan dengan judul “Let’s Wear Masks” yang memberikan pesan kepada kita untuk selalu bersyukur menghadapi situasi pandemi karena banyak teman-teman kita di luar sana yang kurang beruntung untuk bisa menikmati internet dan pembelajaran online dikarenakan kondisi ekonomi yang kurang memadai. Di usia 11 tahun, Eben sudah bisa berpikir dewasa menghadapi situasi dengan selalu bersyukur, bahkan mengajak orang lain untuk menerima keadaan dengan penuh keikhlasan. Sangat inspiratif, bukan? Berikutnya ada Intan Rahmawati. Intan berasal dari Tangerang yang merupakan siswa sekolah menengah pertama. Selama masa pandemi, Intan aktif menulis di blog yang ia miliki serta membuat karya tangan yang berikutnya ia posting melalui Instagram. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan untuk mengajak orang-orang agar tetap produktif meskipun di era pandemi. Terakhir, yang tidak kalah menginspirasi, ada Hardyanto Aryo. Hardyanto merupakan mahasiswa asal Toraja yang membuat karya dengan judul “Sharpen the Talent”. Melalui karyanya, ia ingin mengungkapkan agar kita bisa mengukir kenangan indah dengan mengembangkan bakat dan kemampuan yang kita miliki karena menurut Hardyanto, bagaimanapun baiknya sesuatu, akan terlihat buruk jika kita menghadapinya dengan presepsi dan pemikiran yang buruk. Jadi, saat kita bisa melihat sisi positif pandemi, kita harusnya akan semangat berkarya dan berkembang.
Nah dari cerita-cerita di atas, tentunya sebagai generasi muda, kita tidak boleh kalah untuk mengukir prestasi dengan bakat dan kemampuan kita masing-masing di tengah masa pemulihan ini. Karena kita adalah Sang Pembawa Masa Depan!!!
Penulis: Yukta Iswari
Sumber: Kemenkes & UNICEF